Untuk info seminar dan mengundang sebagai pembicara seminar hubungi 021-7364885 atau via email: jarotwj@yahoo.com

Rabu, 28 Juli 2010

KECERDASAN BAHASA

Berbicara tentang kecerdasan linguistik (Linguistik intelejen) kemampuan berbahasa, maka ini berhubungan dengan keberanian berbicara, senang berbicara dan juga bahasanya komunikatif. Saya beri contoh sering terjadi suami istri bersama-sama pergi ke pesta pernikahan, atau pesta lainnya. Istri makan dan kursi di sebelahnya kosong. Ia melihat suaminya tidak jauh darinya, berdiri dan juga makan sendirian. Sang istri ingin suaminya duduk di sebelahnya.

Saya sering menjumpai kisah yang unik, ternyata sang istri yang ingin suaminya yang ada disebelahnya ini, tidak berbicara apa-apa dari mulutnya. Dia hanya menggerak-gerakkan tubuhnya dengan bahasa tubuh dan berharap dengan begitu suaminya akan mengerti. Dalam hati ia berkata ”harusnya ia kemari dong” harusnya ia ke sebelah saya, kan ia melihat saya sendirian. Masa ia tidak kemari sih! Itu laki-laki kok bebal sekali sih! Ia ‘kan lihat saya sendirian.”

Si istri hanya berbicara dalam hati tidak mengutarakannya hanya berbicara dengan bahasa tubuhnya dan berharap suaminya tahu. Pulang dari pesta pernikahan mereka bertengkar, dan si istri tetap tidak mau berbicara, ia masih berbicara dalam hatinya. ”Harusnya ia tahu dong salahnya apa!”

Suami tidak tahu salahnya apa, ia berfikir kenapa istrinya marah-marah, salah saya apa? Suami tidak mengerti salahnya apa? Mereka berdua, suami istri ini, kalau dibuka raportnya lihat transkripnya, jangan-jangan nilai bahasanya 9atau 10, jangan-jangan pelajaran tata bahasanya 9 atau 10, jangan-jangan grammar-nya 9 atau 10.

Jadi seseorang bisa punya nilai akademik bahasa yang tinggi tapi gagal dalam hidup, gagal dalam berkomunikasi, kenapa? Karena bahasanya tidak komunikatif. Kenapa tidak komunikatif? Karena tidak diucapkan. Sering terjadi juga di kantor-kantor seorang pegawai dengan sibuknya mempersiapkan kepanikan ini kepanikan itu, launching produk ini dan itu dengan paniknya ia bekerja dengan lelahnya, sementara pegawai yang lain tidak bekerja selelah itu, bahkan lebih santai. Yang bekerja dengan rajin itu tidak mengajak yang lain bekerja. Dia hanya berkata dalam hati, ”Harusnya mereka tahu dong saya lagi lelah, harusnya dia bantu saya dong, dia kan lihat saya lagi sibuk.”

Jadi banyak orang tidak mengucapkan apa yang ada dalam hatinya. Dia berharap orang lain tahu. Orang itu kalau dibuka raportnya, dilihat transkripnya, bisa-bisa nilai bahasanya 10 atau 9. Tetapi dalam pekerjaan dia tidak berhasil, kenapa? karena dia tidak berkomunikasi dengan baik. Terlalu banyak orang gagal dalam berkomunikasi, karena mengharap orang lain tahu, mengharap pasangan tahu. Betapa banyak ibu-ibu masuk kamar atau suami sebaliknya dan dia berharap suami menyusul masuk kamar,”Apa dia tidak tahu kalau lagi ditungguin? Kenapa sih tidak masuk-masuk kamar? Lalu bertengkarlah mereka. Kenapa? Karena mereka tidak berkomunikasi dengan baik. Halangannya adalah mereka mengharap orang lain tahu.

Dalam berkomunikasi saya akan berikan tips: Jangan mengharap orang lain tahu. Keluarkan isi hati dan berbicaralah. Bahasa yang komunikatif adalah bahasa yang diucapkan tentunya. Memang bahasa yang diucapkan tentunya disertai dengan bahasa tubuh akan menjadi lebih jelas. Tetapi kalau hanya dengan bahasa tubuh dan mengharap orang lain tahu, bisa-bisa kau akan cepat mati kecewa, cepat mati kepahitan karena ternyata pasanganmu tidak mengerti bahasa tubuhmu.

Jadi tetap bahasa verbal itu penting, ucapkan apa yang harus diucapkan, sampaikan apa yang ada dihati. Untuk anak-anak, didik anakmu untuk menyampaikan isi hatinya. Ajari anak berbicara, bercerita soal cita-citanya, soal keinginannya, untuk beragumen kenapa dia lakukan ini dan itu. Mengapa dia bertengkar dengan adiknya. Berani berbicara menyampaikan isi hati, maka itu bagian dari kecerdasan linguistik yang penting. Supaya anak berhasil di kemudian hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar