Keberhasilan sangat dipengaruhi oleh intrapersonal inteligence, bagian dari kecerdasan emosi selain interpersonal intelejen atau sosialisasi. Bagian dari intrapersonal intelejen adalah self image atau gambar diri. Bagaimana orang memandang dirinya sendiri. Orang yang berhasil diantaranya adalah orang-orang yang berani gagal. Orang yang berani gagal ia akan tetap terus mencoba. Orang kalau tidak pernah mencoba ia memang tidak akan pernah gagal, tetapi pasti ia juga tidak akan pernah berhasil. Albert Hubert mengatakan, bahwa kesalahan terbesar yang dibuat seseorang adalah takut untuk membuat kesalahan.
Nah saya akan memberikan contoh, kegagalan itu sering justru membuat orang pindah ke tempat yang lebih baik. Jadi jangan takut dengan sebuah peristiwa gagal atau peristiwa yang tidak baik. Saya punya teman dan ia pernah berkata seperti ini ”Datanglah ke Serpong, ke PT IPTEK atau ke Bandung ke IPTN, kalau sudah masuk ke kantor sana, lemparkan sembarang kapur pasti akan kena kepala doktor” Itu karena terlalu banyaknya orang pintar. Tapi ketika IPTN ditutup pemerintah, program dihentikan, maka ada banyak ratusan bahkan ribuan karyawan yang otomatis orang-orang pandai, mereka menggunakan kepandaiannya untuk berargumentasi, berdemo agar IPTN jangan ditutup, sebenarnya layak diteruskan dsb…. Demo masih berlangsung sampai akhir-akhir ini. Bertahun-tahun kemudian, setelah penutupan itu karena mereka menggunakan kepandaiannya hanya untuk berdemo, beragumentasi.
Ada kisah orang lain lagi, kisah yang pernah saya baca di majalah tentang pisang goreng ponti. Bahwa ada orang yang di-PHK, perusahaannya ditutup, berdemo terus menerus. Butuh waktu bertahun-tahun untuk mengerti bahwa setiap peristiwa itu selalu ada maksud baik di belakangnya, ini menyangkut kecerdasan spritual juga. Memang kecerdasan emosi dengan kecerdasan spritual itu kait-mengait. Ketika ada seorang yang di-PHK dari perusahaan pelayaran dengan gaji yang cukup tinggi. Ketika di-PHK memang pasti stress, membuat keadaan ekonomi tidak baik, ketakutan soal masa depan, sekolah anak, dsb.
Tetapi sekali lagi, masalah, ketakutan soal masa depan, bisa membuat hancur, stress bunuh diri, atau gunakan itu sebagai picuan bahwa saya akan melakukan apa saja supaya anak saya tetap sekolah. Orang yang di-PHK dari pelayaran dengan gaji tinggi ini, akhirnya mencoba untuk jualan pisang goreng. Dan sekarang merebak berbagai macam pisang ada pisang ponti, ada pisang yang digoreng dengan kering, diberi tepung, lalu pisangnya pun masih agak mentah, tapi sudah gurih.
Kisah pisang goreng ini sempat booming dimana-mana. Orang beli harus ngantri dan tentunya harga pisang goreng ada yang 2000, 3000 per pisang goreng. Dibanding dengan pisang goreng lainnya yang rata-rata 500 tentu marginnya sangat tinggi. Katakan 1 pisang bisa untung 1000 rupiah dari harga 2000 kadang-kadang 50% marginnya dari omzet. Kalau satu bulan omzetnya bisa 1 juta, maka berarti marjinnya bisa mencapai 50 juta. Itu sudah 5, 6, 7 kali dari gaji ketika ia masih dipelayaran. Kalau dia tidak di-PHK tentu ia tidak akan mencoba jualan pisang goreng karena sudah bekerja dengan nyaman, gaji yang cukup besar. Tapi dengan kondisi yang dizinkan Tuhan terjadi yaitu ketidak-nyamanan, di-PHK, ditambah dengan satu sikap yaitu berani mencoba, maka ia mengalami kemajuan and keberhasilan.
Ada orang lain juga di-PHK, dan kisahnya berakhir dengan menyedihkan. Kenapa? apa yang membedakannya? sama-sama di-PHK. Ada yang di-PHK lalu jualan pisang goreng dan sukses. Ada yang di-PHK demo berbulan-bulan, bertahun-tahun terus berdemo dan mengakhiri kisah hidupnya dengan penderitaan, dengan kesusahan, kepahitan dan tidak bisa mengerti kenapa pemerintah menutup perusahaan ini dan itu. Padahal pemerintah mengambil keputusan tentu atau perusahaan swasta atau nasional dari sisi ekonomis sudah terbukti bahwa bertahun-tahun tidak ada peluang diteruskan menambah kerugian maka diambil tindakan tegas, ditutup.
Ada orang yang bisa menerima dan tidak. Apa yang membedakannya, kecerdasan spritualnya dan kecerdasan emosinya. Ada orang ketika mengalami hal yang tidak baik, berani mencoba, tidak takut gagal. Karena berani mencoba tidak takut gagal, maka akhirnya kalau toh ia pernah gagal, tapi akhirnya pasti akan berhasil. Sekali lagi janganlah pernah takut untuk mencoba, karena hanya dengan mencobalah tidak akan tahu akan berhasil atau tidak. Belum berhasil juga maka katakan belum berhasil, dan bukan tidak berhasil.
Nah saya akan memberikan contoh, kegagalan itu sering justru membuat orang pindah ke tempat yang lebih baik. Jadi jangan takut dengan sebuah peristiwa gagal atau peristiwa yang tidak baik. Saya punya teman dan ia pernah berkata seperti ini ”Datanglah ke Serpong, ke PT IPTEK atau ke Bandung ke IPTN, kalau sudah masuk ke kantor sana, lemparkan sembarang kapur pasti akan kena kepala doktor” Itu karena terlalu banyaknya orang pintar. Tapi ketika IPTN ditutup pemerintah, program dihentikan, maka ada banyak ratusan bahkan ribuan karyawan yang otomatis orang-orang pandai, mereka menggunakan kepandaiannya untuk berargumentasi, berdemo agar IPTN jangan ditutup, sebenarnya layak diteruskan dsb…. Demo masih berlangsung sampai akhir-akhir ini. Bertahun-tahun kemudian, setelah penutupan itu karena mereka menggunakan kepandaiannya hanya untuk berdemo, beragumentasi.
Ada kisah orang lain lagi, kisah yang pernah saya baca di majalah tentang pisang goreng ponti. Bahwa ada orang yang di-PHK, perusahaannya ditutup, berdemo terus menerus. Butuh waktu bertahun-tahun untuk mengerti bahwa setiap peristiwa itu selalu ada maksud baik di belakangnya, ini menyangkut kecerdasan spritual juga. Memang kecerdasan emosi dengan kecerdasan spritual itu kait-mengait. Ketika ada seorang yang di-PHK dari perusahaan pelayaran dengan gaji yang cukup tinggi. Ketika di-PHK memang pasti stress, membuat keadaan ekonomi tidak baik, ketakutan soal masa depan, sekolah anak, dsb.
Tetapi sekali lagi, masalah, ketakutan soal masa depan, bisa membuat hancur, stress bunuh diri, atau gunakan itu sebagai picuan bahwa saya akan melakukan apa saja supaya anak saya tetap sekolah. Orang yang di-PHK dari pelayaran dengan gaji tinggi ini, akhirnya mencoba untuk jualan pisang goreng. Dan sekarang merebak berbagai macam pisang ada pisang ponti, ada pisang yang digoreng dengan kering, diberi tepung, lalu pisangnya pun masih agak mentah, tapi sudah gurih.
Kisah pisang goreng ini sempat booming dimana-mana. Orang beli harus ngantri dan tentunya harga pisang goreng ada yang 2000, 3000 per pisang goreng. Dibanding dengan pisang goreng lainnya yang rata-rata 500 tentu marginnya sangat tinggi. Katakan 1 pisang bisa untung 1000 rupiah dari harga 2000 kadang-kadang 50% marginnya dari omzet. Kalau satu bulan omzetnya bisa 1 juta, maka berarti marjinnya bisa mencapai 50 juta. Itu sudah 5, 6, 7 kali dari gaji ketika ia masih dipelayaran. Kalau dia tidak di-PHK tentu ia tidak akan mencoba jualan pisang goreng karena sudah bekerja dengan nyaman, gaji yang cukup besar. Tapi dengan kondisi yang dizinkan Tuhan terjadi yaitu ketidak-nyamanan, di-PHK, ditambah dengan satu sikap yaitu berani mencoba, maka ia mengalami kemajuan and keberhasilan.
Ada orang lain juga di-PHK, dan kisahnya berakhir dengan menyedihkan. Kenapa? apa yang membedakannya? sama-sama di-PHK. Ada yang di-PHK lalu jualan pisang goreng dan sukses. Ada yang di-PHK demo berbulan-bulan, bertahun-tahun terus berdemo dan mengakhiri kisah hidupnya dengan penderitaan, dengan kesusahan, kepahitan dan tidak bisa mengerti kenapa pemerintah menutup perusahaan ini dan itu. Padahal pemerintah mengambil keputusan tentu atau perusahaan swasta atau nasional dari sisi ekonomis sudah terbukti bahwa bertahun-tahun tidak ada peluang diteruskan menambah kerugian maka diambil tindakan tegas, ditutup.
Ada orang yang bisa menerima dan tidak. Apa yang membedakannya, kecerdasan spritualnya dan kecerdasan emosinya. Ada orang ketika mengalami hal yang tidak baik, berani mencoba, tidak takut gagal. Karena berani mencoba tidak takut gagal, maka akhirnya kalau toh ia pernah gagal, tapi akhirnya pasti akan berhasil. Sekali lagi janganlah pernah takut untuk mencoba, karena hanya dengan mencobalah tidak akan tahu akan berhasil atau tidak. Belum berhasil juga maka katakan belum berhasil, dan bukan tidak berhasil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar