Semua orang ingin sukses tapi banyak halangan untuk sukses. Dan halangan terbesar bukan di luar dirinya, tapi di dalam dirinya, yaitu di dalam pikirannya. Ada orang yang berfikir bahwa keadaan fisik menghalangi dia untuk sukses atau maju. Apakah benar fisik bisa menghalangi kita untuk sukses?
Terlalu banyak kisah tentang orang-orang yang memiliki kelemahan fisik, justru sukses dan berhasil di bidang yang dipengaruhi oleh hal kelemahannya tersebut.
Shakespeare, seorang seniman terkenal kelas dunia, adalah orang yang lumpuh. Namun ia berkarya dan dikenal sebagai seniman besar, sutradara opera kelas dunia.
Bethooven yang musik klasiknya masih diputar dan dimainkan hingga hari ini, adalah seorang yang memiliki kelemahan dalam pendengarannya. John Milton seorang pengarang sajak di Inggris, adalah orang yang buta. John Kennedy, presiden Amerika Serikat mengalami cidera tulang belakang yang parah. Hitler adalah seorang yang kecil an pendek, tetapi menjadi pemimpin Jerman yang ditakuti. Jadi kelemahan fisik bukan halangan untuk sukses.
Saya pernah melihat film biografi tentang Lena Maria, seorang wanita yang cacat. Ia tidak memiliki kedua tangan dan kakinya besar dan panjang sebelah. Ia memasak, melukis, memainkan piano, dan mengendarai mobil dengan kakinya yang besar. Tetapi juara dalam olah raga renang, bahkan ia pernah mendapat medali emas di usia 16 tahun mewakili negaranya, Brasil. Yang menarik bagi saya adalah, ia menikah.
Nah, berapa banyak orang yang memiliki tangan dan tidak menikah karena mengalami kekurangan yang tidak separah Lena Maria? Mungkin tangannya lengkap, kakinya lengkap, tapi hanya karena gemuk, atau hanya karena hidungnya kurang bagus, dan dia tidak berani menikah. Setiap malam sambil tidur ia menatapi langit-langit sambil berkata, “Kawin nggak ya, kawin nggak ya..? Apa ada yang mau dengan saya.”
Kalau engkau terlalu perhatian pada kelemahan fisikmu, maka engkau berfikir itu halangan untuk sukses. Padahal keadaan fisik bukan halangan untuk sukses. Lihat saja orang yang sukses dalam bidang seni, bidang entertainmen tidak harus cantik dan bertubuh stremline. Lihat saja acara Extravagansa di salah satu stasiun TV Swasta, pemainnya adalah orang-orang yang ‘extra’ semuanya. Ada yang extra gemuk, ada yang extra kurus, ada extra tinggi, ada extra pendek, dan mereka juga menjadi artis. Jadi menjadi artis itu tidak harus berbadan bagus. Yang gemuk sekali, yang kurus sekali, yang tinggi sekali, yang pendek sekali, mereka bisa sukses. Bahkan ada yang biasa-biasa saja juga bisa sukses. Mereka yang memiliki kelemahan fisik, tapi bisa sukses, karena mereka berfikir bahwa kelemahan fisiknya bukan halangan untuk maju. Jadi halangan itu bukan fisik, tetapi halangan itu sering adalah pikiran Anda sendiri. Kalau Anda berpikir fisik adalah halangan, maka pikiran Anda itulah yang menghalangi Anda.
Semua orang, apapun bentuk fisiknya, punya hak untuk sukses. Kalau keberhasilan seseorang dipengaruhi oleh kondisi fisiknya, berarti Tuhan tidak adil. Karena keadaan fisik bukan keputusan manusia sebelum ia dilahirkan ia mengambil keputusan ingin seperti apa, tetapi keadaan fisik adalah keputusan Tuhan saat ia lahir sudah seperti itu. Tetapi keberhasilan terutama bukan dipengaruhi fisik, tetapi dipengaruhi hati. Ketabahan, keuletan, kegigihan. Kalau keberhasilan dipengaruhi hati, maka Tuhan adil. Karena sikap hati ada di tangan kita, kehendak bebas ada di tangan kita. Kita sendiri bebas mengambil keputusan, mau mengampuni atau mau marah, mau rajin atau mau malas, mau ceria atau mau murung, mau tidur atau mau bangun untuk bekerja, itu semua ada pada sikap hati kita sendiri. Dan itulah yang mempengaruhi keberhasilan kita. Kalau kita berpikir fisik bukan halangan, maka fisik bukan halangan. Kita punya hak yang sama untuk sukses, apapun keadaan fisik kita.
Terlalu banyak kisah tentang orang-orang yang memiliki kelemahan fisik, justru sukses dan berhasil di bidang yang dipengaruhi oleh hal kelemahannya tersebut.
Shakespeare, seorang seniman terkenal kelas dunia, adalah orang yang lumpuh. Namun ia berkarya dan dikenal sebagai seniman besar, sutradara opera kelas dunia.
Bethooven yang musik klasiknya masih diputar dan dimainkan hingga hari ini, adalah seorang yang memiliki kelemahan dalam pendengarannya. John Milton seorang pengarang sajak di Inggris, adalah orang yang buta. John Kennedy, presiden Amerika Serikat mengalami cidera tulang belakang yang parah. Hitler adalah seorang yang kecil an pendek, tetapi menjadi pemimpin Jerman yang ditakuti. Jadi kelemahan fisik bukan halangan untuk sukses.
Saya pernah melihat film biografi tentang Lena Maria, seorang wanita yang cacat. Ia tidak memiliki kedua tangan dan kakinya besar dan panjang sebelah. Ia memasak, melukis, memainkan piano, dan mengendarai mobil dengan kakinya yang besar. Tetapi juara dalam olah raga renang, bahkan ia pernah mendapat medali emas di usia 16 tahun mewakili negaranya, Brasil. Yang menarik bagi saya adalah, ia menikah.
Nah, berapa banyak orang yang memiliki tangan dan tidak menikah karena mengalami kekurangan yang tidak separah Lena Maria? Mungkin tangannya lengkap, kakinya lengkap, tapi hanya karena gemuk, atau hanya karena hidungnya kurang bagus, dan dia tidak berani menikah. Setiap malam sambil tidur ia menatapi langit-langit sambil berkata, “Kawin nggak ya, kawin nggak ya..? Apa ada yang mau dengan saya.”
Kalau engkau terlalu perhatian pada kelemahan fisikmu, maka engkau berfikir itu halangan untuk sukses. Padahal keadaan fisik bukan halangan untuk sukses. Lihat saja orang yang sukses dalam bidang seni, bidang entertainmen tidak harus cantik dan bertubuh stremline. Lihat saja acara Extravagansa di salah satu stasiun TV Swasta, pemainnya adalah orang-orang yang ‘extra’ semuanya. Ada yang extra gemuk, ada yang extra kurus, ada extra tinggi, ada extra pendek, dan mereka juga menjadi artis. Jadi menjadi artis itu tidak harus berbadan bagus. Yang gemuk sekali, yang kurus sekali, yang tinggi sekali, yang pendek sekali, mereka bisa sukses. Bahkan ada yang biasa-biasa saja juga bisa sukses. Mereka yang memiliki kelemahan fisik, tapi bisa sukses, karena mereka berfikir bahwa kelemahan fisiknya bukan halangan untuk maju. Jadi halangan itu bukan fisik, tetapi halangan itu sering adalah pikiran Anda sendiri. Kalau Anda berpikir fisik adalah halangan, maka pikiran Anda itulah yang menghalangi Anda.
Semua orang, apapun bentuk fisiknya, punya hak untuk sukses. Kalau keberhasilan seseorang dipengaruhi oleh kondisi fisiknya, berarti Tuhan tidak adil. Karena keadaan fisik bukan keputusan manusia sebelum ia dilahirkan ia mengambil keputusan ingin seperti apa, tetapi keadaan fisik adalah keputusan Tuhan saat ia lahir sudah seperti itu. Tetapi keberhasilan terutama bukan dipengaruhi fisik, tetapi dipengaruhi hati. Ketabahan, keuletan, kegigihan. Kalau keberhasilan dipengaruhi hati, maka Tuhan adil. Karena sikap hati ada di tangan kita, kehendak bebas ada di tangan kita. Kita sendiri bebas mengambil keputusan, mau mengampuni atau mau marah, mau rajin atau mau malas, mau ceria atau mau murung, mau tidur atau mau bangun untuk bekerja, itu semua ada pada sikap hati kita sendiri. Dan itulah yang mempengaruhi keberhasilan kita. Kalau kita berpikir fisik bukan halangan, maka fisik bukan halangan. Kita punya hak yang sama untuk sukses, apapun keadaan fisik kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar