Untuk info seminar dan mengundang sebagai pembicara seminar hubungi 021-7364885 atau via email: jarotwj@yahoo.com

Senin, 02 Agustus 2010

LINGKUNGAN DAN DORONGAN POSITIF


Untuk membentuk anak-anak sukses maka lingkungan yang positif itu penting. Kecerdasan itu dipengaruhi oleh genetik, terapi, gizi dan juga khususnya kecerdasan emosi, kecerdasan spritual. Bahkan kecerdasan IQ pun bisa dipengaruhi oleh lingkungan.

Sucess Ltd. sebuah lembaga penelitian tentang kecerdasan anak, pada 1976 menceritakan kisah ini, kisah di Israel, di Kids Buds, yaitu tempat-tempat pelatihan anak. Mereka mengevaluasi bahw IQ rata-rata anak Yahudi Timur hanya 85. Sementara anak-anak Yahudi Eropa,105. Ini membuktikan bahwa anak Yahudi Eropa lebih cerdas daripada anak Yahudi Timur. Tapi apakah benar demikian?

Lalu diadakanlah percobaan selama 4 tahun, dalam Kids Buds, tempat pelatihan, anak-anak Yahudi dari Eropa Timur, Eropa Barat digabung menjadi satu. Suasana tempat penampungan, tempat asramanya, demikian hebat. Setiap anak dimotivasi untuk maju dan setiap perbuatan baik mendapatkan reward. Anak-anak ditantang maju dan setiap maju mendapat sesuatu. Maka cukup menarik, bahwa 4 tahun kemudian ternyata IQ-nya justru sudah mencapai 110-115. Jadi dari bahan baku tadi dikumpulkan maka semuanya mencapai hampir sama. Jadi memang IQ bisa dinaikkan sampai usia orang 18 tahun. Ketika berkumpul dalam komunal yang antusias maka ternyata yang tadinya rendah pun bisa terdongkrak menjadi naik. Lingkungan memang benar-benar mempengaruhi.

Neil Mohne dalam bukunya “Believe Can Influence Attitude” dengan tegas melukiskan kebenaran tadi bahwa lingkungan mempengaruhi bukan hanya attitude sebenarnya bahkan IQ. Mohne menceritakan kisah eksperimennya yang dia lakukan di kawasan Teluk San Fransisco. Kepala sekolah ini memanggil tiga profesor dan berkata

”Karena anda sekalian adalah tiga pengajar yang paling baik dalam sistem kita, dan mempunyai keahlian yang besar kami akan memberi anda 90 orang siswa yang paling baik. Kami akan membuat kelas khusus kelas istimewa dan diajar oleh anda para pengajar yang istimewa. Maka dari sekolah yang terdiri dari 8 kelas untuk satu levelnya diambil kelas khusus yang terdiri dari anak-anak yang disebut khusus dan diajar oleh guru khusus.”

Seiring berjalannya waktu, setiap murid dalam kelas khusus tadi merasa dirinya adalah orang khusus yang dipilih secara khusus. Mereka menjadi antusias, begitu bergairah karena masuk dalam kelas khusus. Guru-guru yang di antara para guru yang dipilih mengajar kelas ini juga menilai dirinya adalah guru yang spesial. Maka mulailah terbangun gambar diri yang bagus, mereka mengajar dengan antusias, karena mereka diberi kesempatan untuk mengajar kelas khusus.

Singkat cerita setelah berjalan waktu 1, 2 tahun, maka dari kelas khusus inilah muncul para juara-juara di sekolah itu. Maka 2 tahun kemudian si kepala sekolah mulai berkata, membuka rahasianya, sebenarnya kelas khusus ini tidak berisi anak-anak yang ber-IQ tinggi, karena namanya diacak oleh komputer dan dipilih. Demikian juga gurunya, sebenarnya bukan guru pilihan. Tapi juga diacak dengan cara yang sama.

Rupanya apa yang terjadi, selama 2 tahun guru punya penilaian terhadap diri sendiri, bahwa saya guru teladan Ia mulai bertingkah laku menjaga image tersebut dengan bekerja lebih baik. Murid-murid yang terpilih merasa bahwa dirinya orang khusus adalah anak pilihan, bertingkah laku seperti anak pilihan, untuk menjaga image anak pilihan tersebut. Maka sewaktu berjalan selama 2 tahun, membuat kelas ini memiliki prestasi yang menonjol. Itulah kenapa banyak sekolah tidak salah membangun sebuah image.

Apa yang mau saya katakan di sini. Penting sekali juga seorang pribadi membangun image untuk dirinya sendiri. Atau orangtua membangun image untuk anaknya. Berikan cap yang baik untuk sianak. Kalau anak nakal, anak malas, kurang ajar jangan katakan kamu anak malas. anak nakal, anak kurang ajar tapi katakan kamu anak baik, kamu anak rajin tidak boleh malas, kamu rajin pasti bisa karena kamu anak pandai.

Jadi berikan cap atau image kepada anak, kamu anak baik, kamu anak pandai, kamu anak soleh. Kalau dia berbuat nakal, katakan anak soleh tidak boleh kurang ajar, jangan justru dicap anak kurangajar kamu, anak goblok, anak tidak tahu diuntung dan sebutan atau cap-cap, kutukan-kutukan yang lainnya. Karena itu hanya membuat lingkungan menjadi negatif dan dia akan menjadi seperti apa yang dikatakannya kepadanya. Lingkungan yang positif membangun attitude yang positif. Attitude yang positif membangun kisah sukses.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar