Untuk info seminar dan mengundang sebagai pembicara seminar hubungi 021-7364885 atau via email: jarotwj@yahoo.com

Rabu, 25 Agustus 2010

SETIAP HAL ADA BAIKNYA

Keberhasilan juga sangat ditentukan oleh Spritual Inteligence atau kecerdasan spritual. Saya memberikan definisi, kecerdasan spritual adalah kemampuan seseorang untuk menangkap kehendak Tuhan pada setiap peristiwa yang terjadi, apakah itu peristiwa yang baik atau peristiwa yang tidak baik.

Ada seorang wanita, katakan saja namanya Minah, ia menjadi pembantu rumah tangga. Suatu ketika majikannya menjumpai Minah hamil padahal ia belum bersuami. Wah, terjadi mujizat! Tentu saja tidak. Karena ia dihamili oleh orang lain. Sang nyonya bertanya-tanya, siapa yang menghamili pembantunya. Ada dua kemungkinan suaminya atau supirnya. Selidik punya selidik ternyata supirnya yang menghamili Si Minah. Ketika supirnya dipanggil dan dimintai pertanggung-jawaban maka supirnya memberikan jawaban tapi tidak mau menanggung. Karena setelah dia mengaku, esoknya dia menghilang entah kemana. Tinggalah Si Minah dengan perutnya yang semakin lama semakin membesar. Supaya tidak malu maka ia pulang kampung, membesarkan janin dalam kandungannya. Orang-orang mulai memberikan gunjingan hamil tanpa suami. Tetapi karena minah diam seribu bahasa maka orang mulai menafsirkan mungkin suaminya diluar kota. Tetapi ketika anaknya lahir dan tidak ada laki-laki yang datang, maka gunjingan semakin seru, bahwa anak itu lahir tanpa ayah.

Minah membesarkan anaknya dengan memberi asi, mendidiknya lalu menitipkan pada orangtuanya, lalu ia kembali ke kota Jakarta untuk bekerja. Kali ini ketika dia bekerja maka dia tidak menjadi pembantu rumah tangga lagi. Dia bekerja sebagai baby sitter, karena dia punya pengalaman mengasuh bayi. Ketika dia bekerja sebagai pembantu rumah tangga gajinya hanya dua ratus ribu, tetapi ketika menjadi baby sitter gajinya delapan ratus ribu. Jadi rupanya apa yang dia alami selain memang ada hal yang tidak baik, tetapi ada juga hal baiknya, yaitu menaikkan dia dari seorang pembantu menjadi baby sitter. Setelah bekerja sebagai baby sitter maka dia tinggal dalam sebuah keluarga yang takut akan Tuhan, dan dia bertobat sungguh-sungguh bahkan dia melepaskan pengampunan dia mengampuni supir itu, yang tidak menikahinya. Karena dia melepaskan pengampunan, dia yakin bahwa setiap peristiwa diijinkan pasti ada baiknya maka dia tidak minder lagi, tidak cemberut lagi, melepaskan pengampunan, dia tahu ada yang baik maka wajahnya berseri-seri.

Akhirnya dia pindah dan bekerja pada majikan yang lain bukan sebagai baby sister tapi sebagai opa sister. Ini kisah nyata ada sebuah keluarga kaya yang tinggal di Kelapa Gading. Opa ini punya teman dari Belanda, datang kerumahnya. Opa dan temannya ini dilayani dengan baik sekali oleh Minah. Minah yang sudah mengambil keputusan bahwa semua diijinkan terjadi ada baiknya, melepaskan pengampunan, maka wajahnya berseri-seri dia hidup untuk mengabdi. Tamu dari Belanda ini begitu kagum, pelayanan, sukacita, kebaikan, wajahnya Minah selalu berseri-seri dia foto bersama dan pulang ke Belanda.

Rupanya keponakan opa dari Belanda ini melihat foto si Minah dan ia jatuh cinta. Ia datang ke Indonesia melamar dan meminangnya membawanya kembali ke Belanda. Sang laki-laki yang begitu mencintai istrinya maka rumahnya dibalik nama diberi serrtifikat atas nama istri. Ketika orang dari Jakarta, mampir ke rumahnya melihat nama Minah ada dipintu gerbang. Nama yang sesuai dengan sertifikatnya. Bahkan mendapat suami yang baik yang pandai memasak. Ketika teman saya datang ke Belanda dan mampir kerumahnya ia menjumpai Minah sedang main piano sementara suaminya menyiapkan makan malam. Minah menyanyikan lagu bahwa semuanya indah pada waktunya. Ia bersyukur bahwa dulu supir itu tidak bertanggung jawab kalau supir itu dulu bertanggung jawab mungkin dia tidak sedang main piano di Belanda. Dia sedang cuci beras di pinggir sungai. Minah bersyukur bukan pada saat dia di Belanda,Minah bersyukur ketika dia melahirkan anaknya, datang ke Jakarta, menemukan nilai hidup dia bisa mengambil keputusan bahwa dia percaya bahwa semua yang terjadi pasti ada baiknya. Sehingga dengan prinsip seperti itu wajahnya selalu berseri-seri dan mendapat jodoh. Nah Minah butuh waktu setahun dua tahun untuk sampai pada sebuah kesimpulan bahwa semua yang terjadi ada baiknya.

Kenyataannya dalam hidup ini da orang yang butuh waktu lebih dari setahun, dua tahun. Ada yang lebih pendek, makin cepat seseorang mengambil kesimpulan bahwa ada sesuatu yang baik dari peristiwa yang tidak baik itulah kecerdasan spritual. Makin cepat dia mengambil keputusan maka makin pandai kecerdasan spritualnya. Kenyataannya ada orang bertahun-tahun tidak pernah mengambil kesimpulan.

Ada perempuan lain namanya bukan Minah pacaran,dan diputus pacarnya belum sampai dihamili hanya diputus pacar. Dia kepahitan luar biasa mengambil keputusan aku tidak mau menikah semua laki-laki gombal. Pada kenyataannya banyak laki-laki gombal tapi ada juga yang baik. Hidup bertahun-tahun dan akhirnya tidak menikah dalam kepahitan. Delapan tahun, sepuluh tahun kemudian wanita yang diputus pacarnya ini, temannya berkata,”Kamu ingat si ini?” Oh bagaimana saya bisa melupakannya ? Saya masih sakit hati sampai sekarang, makanya saya tidak menikah. Bagaimana kalau saya beri kabar,tahukah kamu bahwa mantan pacar kamu itu setelah menikah dia selingkuh sepuluh kali. Mungkin si wanita ini akan berkata ”Untung saya tidak menikah dengan dia. Betapa jeleknya kecerdasan spritualnya, untuk bersyukur saja dia butuh kabar yang jelek. Seandainya dia mendapat kabar yang baik, bahwa mantan pacarnya menikah bahagia apakah dia bersyukur? Atau dia akan bertambah kepahitan? Begitu banyak orang yang bodoh sekali secara spritual. Untuk bersyukur saja dia butuh berita yang jelek. Betapa jahatnya orang itu. Tidak heran kalau kisah hidupnya berbeda dengan kisah Minah memang dia sakit, kepahitan, dia menderita tapi dia segera mengambil keputusan bahwa semua yang terjadi ada baiknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar