Untuk info seminar dan mengundang sebagai pembicara seminar hubungi 021-7364885 atau via email: jarotwj@yahoo.com

Sabtu, 04 Desember 2010

KISAH BALON HITAM

Sukses adalah hak semua orang. Hak semua suku, hak semua bangsa. Sukses adalah hak setiap pribadi. Dan sukses tidak tergantung pada penampilan fisik seseorang, tetapi lebih pada apa yang ada di dalam dirinya. Kalau sukses tergantun pada fisik, maka Tuhan tidak adil, karena Tuhan yang menciptakan fisik. Sukses tergantung pada hati. Orang yang sungguh-sungguh, ulet, jujur dan takut akan Tuhan, yang punya integritas, maka dia bisa sukses, apapun bentuk fisiknya. Kalau sukses tergantung pada hati, maka Tuhan adil. Karena sikap hati ada di tangan kita. Kita punya keputusan dengan hati kita sendiri, apakah kita mau mengampuni atau mau marah, mau rajin atau mau malas, mau ceria atau mau murung. Karena itu perhatikan visimu, hatimu dan bukan terlalu konsentrasi fisikmu. Namun seringkali masa lalu, keluarga, sejarah hidup membuat orang terlalu terpengaruh dengan fisiknya.

Dulu orang kulit hitam di Amerika dipandang rendah, dan mereka pun merasa diri mereka rendah. Hal itu bisa disadari karena pada masa itu orang kulit hitam di sana dijadikan budak. Suatu ketika pada masa itu, ada seorang penjual balon yang sedang menawarkan balonnya kepada anak-anak dan orang-orang yang lewat. Sambil berkata,”Sayang anak, sayang anak, balon bisa terbang,” sambil ia melepaskan sebuah balon yang bisa terbang. Kisah ini terjadi pada masa sebelum zaman Abraham Lincoln naik jadi presiden. Dan pada waktu itu, balon bisa terbang merupakan hal yang luar biasa. Dan ketika contoh balon diterbangkan, maka orang-orang beramai-ramai membeli. Ketika orang mulai sepi ia berseru lagi,”Sayang anak, sayang anak, balon bisa terbang,” sambil iamelepaskan contoh balon yang bisa terbang sekali lagi. Maka orang-orang kembali datang dan membeli balonnya.

Sepanjang atraksi sang tukang balon itu, ada beberapa anak kulit hitam yang memperhatikannya. Dari awal mereka memperhatikan balon yang diterbangkan si tukang balon berwarna putih, warna pink, warna kuning. Mereka terus menunggu kapan balon warna hitam diterbangkan. Tetapi sekali lagi saat si tukang balon melepaskan balon terbang, maka ia melepaskan balon berwarna krem keputih-putihan. Anak-anak itu mulai penasaran. Adik-adiknya mulai bertanya, apakah balon berwarna hitam bisa terbang. Kakaknya menghibur, pasti ada waktunya nanti balon hitam juga bisa terbang. Tetapi sekian lama menunggu, balon hitam tidak diterbangkan juga.

Semakin lama anak-anak kulit hitam itu mulai gelisah. Dan ketika sudah sepi, mereka menghampiri si tukang balon lalu bertanya,”Om, saya mau tanya. Yang hitam bisa terbang nggak, Om?” Untungnya si penjual balon adalah pengikut Abraham Lincoln yang sedang berkampanye untuk menjadi presiden dengan agenda penghapusan sistem perbudakan. Maka si penjual balon yang mengerti apa maksud di balik pertanyaan itu menjawab,”Nak, semua balon ini terbang atau tidak tergantung pada isi di dalamnya. Kalau saya mengisikan hidrogen di dalamnya, maka balon ini pasti bisa terbang, apapun warnanya. Karena warna tidak penting, yang penting isinya.” Setelah berkata demikian ia meraih balon warna hitam yang sudah diisi hidrogen lalu menerbangkannya. “Lihat balon hitam itu juga bisa terbang, bukan?” Maka anak-anak kulit hitam itu bergembira sekali dan mulai berpelukan, ternyata balon hitam juga bisa terbang.

Sama seperti manusia, ia bisa naik bukan tergantung pada fisik atau warna kulitnya, tetapi tergantung pada apa isi orang itu. Berbicara tentang isi orang itu, bukan hanya hal-hal akademik yang dimasukkan ke dalam otaknya. Berbicara tentang isi orang itu, maka yang dimaksud adalah hatinya, karakternya. Kalau dia berhati baik, memiliki integritas, berkarakter, maka pasti, cepat atau lambat, ia sudah berada di jalan menuju sukses.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar