Untuk info seminar dan mengundang sebagai pembicara seminar hubungi 021-7364885 atau via email: jarotwj@yahoo.com

Sabtu, 04 Desember 2010

BANKIR TIDAK BISA MENULIS

Ada seorang Yunani yang sedang melamar bekerja di sebuah perusahaan. Pada saat wawancara, pewawancaranya merasa senang dengan kepribadian orang itu dan setuju bila ia bekerja di sana. Namun setelah ditanya ternyata orang itu tidak bisa membaca ataupun menulis. Ia hanya bisa menulis namanya sendiri dan tanda tangan. Padahal pekerjaan yang dibutuhkan adalah tukang ketik. Jadi terpaksa lamarannya ditolak.

Orang itu menjadi sedih karena tidak bisa diterima bekerja di kantor itu. Singkat cerita orang itu pergi ke Amerika dan tinggal di sana. Dalam perantauannya di Amerika ia berusaha dengan keras. Ia mencoba untuk berdagang di pasar, karena berjualan di pasar tidak diperlukan surat menyurat. Dia terus berjualan dan akhirnya ia menjadi seorang pengusaha yang berhasil. Saat ia mulai berhasil, ia mengembangkan usaha perkreditan dan ketika usaha perkreditannya berkembang akhirnya ia mengembangkannya menjadi bank. Dan akhirnya, orang Yunani ini menjadi seorang bankir.

Dalam kesuksesannya sebagai seorang bankir, seorang wartawan mewawancarainya dan menemukan kisahnya bahwa dulu ia tidak bisa membaca dan menulis. Wartawan itu kaget dan berkata,”Wah, bapak ini luar biasa. Tidak bisa membaca dan menulis saja bapak bisa menjadi seorang pengusaha yang sukses, apalagi kalau bapak bisa membaca dan menulis, pasti bapak jauh akan lebih sukses lagi.”

Mendengar pernyataan wartawan itu, ia menggeleng-gelengkan kepalanya lalu berkata,”Tidak, kalau saya bisa membaca dan menulis sejak kecil, maka saya tidak jadi pengusaha, tapi saya hanya akan menjadi seorang tukang ketik.”

Mengapa orang yang tidak bisa membaca dan menulis ini bisa sukses? Ia berhasil karena ia memiliki keuletan dan kegigihan. Ia mau berjuang. Ia tidak mau menyerah dengan kekurangannya. Pendidikan formal memang penting, setiap zaman butuh pendidikan yang lebih tinggi untuk keberhasilan yang sama, tetapi lebih penting lagi adalah kecerdasan emosinya, karakternya, kegigihan, keuletan, ketekunan yang membuat seseorang menjadi berhasil.

Cerita yang lain lagi yang menunjukkan bahwa pendidikan formal itu penting, tetapi lebih penting lagi kemauan yang keras, adalah kisah tentang Demostenes. Demostenes adalah seorang yang gagap. Suatu hari orang tuanya meninggal. Untuk mewarisi harta orang tuanya, maka sesuai dengan tradisi Yunani, calon pewaris harus berbicara di hadapan para dewan kota. Karena Demostenes gagap dan dia tidak berani berbicara, maka hartanya jatuh ke tangan orang lain. Ia sangat sedih dan kecewa karena harta orang tuanya jatuh ke tangan orang lain.

Peristiwa itu membuat Demostenes berusaha keras dan bertekad untuk bisa berbicara di depan umum. Ia mulai berlatih setiap hari di pinggir pantai. Ia terus belajar berteriak sekalipun ia gagap. Dan akhirnya, meskipun ia tidak bisa merebut kembali harta warisan orang tuanya, tetapi dalam buku sejarah Yunani namanya tercantum dalam daftar ahli pidato Yunani.

Orang yang tadinya punya kelemahan, tetapi akhirnya sukses. Karena itu benar apa yang dikatakan orang,”Kalau ada niat pasti ada jalan.” Kelemahan tertentu bisa membuat seseorang menjadi down, tetapi bila kelemahan itu justru memicu niat yang kuat untuk membuktikan bahwa ia mampu, maka ia pasti berhasil.

Di Inggris Nelson adalah seorang pahlawan laut yang besar dan tercantum dalam daftar pahlawan laut yang besar. Mulanya Nelson adalah orang yang tidak bisa mengatasi mabuk laut ketika baru naik kapal. Tetapi ia terus-menerus memaksakan dirinya untuk naik kapal berulang-ulang sampai akhirnya ia menjadi pahlawan di laut.

Sekali lagi, niat yang kuat selalu membuka jalan. Untuk melahirkan generasi yang berhasil, kita perlu mendidik anak-anak untuk memiliki niat yang kuat, memiliki drive, memiliki cita-cita. Orang tua perlu menanamkan cita-cita pada anak, karena akan menimbulkan kemauan yang kuat untuk meraih cita-citanya. Cita-cita itu juga adalah niat yang kuat.

1 komentar: