Untuk info seminar dan mengundang sebagai pembicara seminar hubungi 021-7364885 atau via email: jarotwj@yahoo.com

Kamis, 30 September 2010

SIKAP POSITIF

Orang yang sukses adalah orang yang berpikir positif, bersikap positif, bereaksi positif, menilai positif dan mengingat hal-hal yang positif. Masalahnya orang lebih banyak mengingat yang buruk daripada yang baik. Bahkan banyak orang menganggap Tuhan itu tidak adil dan tidak baik karena ia mengalami hal-hal yang buruk, padahal sebenarnya apa yang dia alami adalah hal-hal yang lumrah, hal-hal yang wajar saja yang juga dialami oleh kebanyakan orang lain. Hal ini membuat orang mengasihi diri sendiri dan tenggelam dalam pernyataan “betapa malang hidupku ini.”

Ada orang yang berdalih dan menuntut,”Tuhan tidak adil. Kalau ini terjadi atas hidup saya, berarti Tuhan tidak adil!” Perhatikan, biasanya yang dipersoalkan adalah “ketidak-adilan” Tuhan itu yang merugikan kita. Tetapi pernahkah kita berkata Tuhan itu tidak adil atas apa yang baik yang terjadi atas hidup kita. Misalnya, pernahkah kita berkata,”Wah, Tuhan tidak adil. Mengapa saya punya kedua orang tua, bisa makan enak tiga kali sehari, sementara di luar sana, di Ethiopia sana banyak sekali anak yang tidak punya orang tua dan tidak bisa makan.” Itulah yang sering kita lakukan, kita protes kepada Tuhan dan menganggap Dia tidak adil, hanya kerena hal-hal yang buruk yang kita alami. Ini bukan sikap yang positif dan ini sikap yang seharusnya tidak kita kembangkan.

Bukankah hal ini juga tidak adil, tetapi kita tidak mempersoalkannya: ada banyak orang yang lahir cacat kaki, cacat tangan, cacat anggota tubuh, dan kalau kita memiliki anggota tubuh yang sempurna, bukankah itu sebuah ketidak-adilan? Tetapi kita tidak mempersoalkannya. Apa artinya? Artinya sikap seperti itu hanya muncul bagi orang-orang yang selalu berpikir negatif, bersikap negatif dan bereaksi negatif.

Seorang yang sukses dan bijaksana bernama Robert Fullen memberikan nasihat: “Jika Anda menghitung semua berkat yang Anda terima, Anda pasti akan mendapati diri Anda sebagai orang yang beruntung. Hanya saja, banyak orang tidak menghitung berkatnya, tetapi menghitung kelemahannya.”

Sikap negatif ini juga muncul dan saya jumpai dalam kehidupan berumah tangga. Sebagai contoh misalnya, saya pernah memimpin sebuah retreat untuk couples. Ada sekitar 300 couples hadir. Saya memberi kertas warna biru, lalu saya memberikan instruksi, “Tuliskan hal-hal yang tidak disukai dari pasangan masing-masing dan apa yang sedang Saudara doakan untuk pasanganmu berubah.” Maka mereka mulai sibuk menulis. Beberapa orang angkat tangan dan minta tambah kertas. Saya pun membagikan kertas tambahan. Kertas tambahan habis, maka saya menyuruh mereka menuliskan di balik lembar kertas yang masih kosong. Kemudian kertas itu dikumpulkan dengan alasan kita akan doakan. Selanjutnya saya membagikan kertas berwarna pink dengan instruksi agar mereka menuliskan hal-hal yang baik dari pasangannya. Dan saya mulai menjumpai tingkah laku aneh. Banyak orang yang garuk-garuk kepala, lalu menulis beberapa kalimat dan selesai. Kesimpulannya, terlalu banyak orang yang bisa mencari-cari hal negatif, ketimbang melihat hal-hal yang positif.

Biasanya orang membandingkan diri secara tidak adil pula dalam hal yang lain untuk dirinya sendiri, misalnya dia menemukan hal-hal yang buruk pada dirinya dan membandingkan dengan orang lain yang jauh lebih baik. Seseorang memandang wajahnya lalu berkata,”Kok wajah saya tidak cantik.” Itu karena ia membandingkan dirinya dengan artis film. Seseorang menganggap dirinya tidak pandai karena ia membandingkan dirinya dengan bintang pelajar atau Albert Einstein. Mengapa ia tidak membandingkan dengan orang yang di bawahnya dia? Oleh sebab itu, dalam hidup ini kita perlu memandang ke atas untuk memotivasi, tetapi juga memandang ke bawah agar kita bisa bersyukur.

Bila kita selalu melihat orang-orang yang kaya, dan melihat apa yang tidak kita punyai, menghitung yang tidak kita miliki, maka kita bisa mati dalam kepahitan, karena banyak sekali yang tidak kita miliki. Orang yang sudah punya rumah besar pun, dia belum punya helikopter. Yang punya helikopter tidak punya kapal pesiar. Kalau kita selalu menghitung apa yang tidak kita punya, memang di dunia ini banyak yang tidak kita punyai. Namun bila kita mulai menghitung apa yang kita miliki, sebenarnya kita punya sesuatu.

Ada sebuah pernyataan dari Benyamin Franklin yang bisa kita jadikan inspirasi: ”Siapakah orang kaya? Orang kaya adalah orang yang bersuka dengan bagian yang ia terima.” Kembangkan sikap positif seperti ini, maka saya yakin Anda sedang berada pada jalan yang benar, jalan menuju sukses.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar