Untuk info seminar dan mengundang sebagai pembicara seminar hubungi 021-7364885 atau via email: jarotwj@yahoo.com

Selasa, 22 Juni 2010

MEMBERI DAN BAHAGIA

Untuk sukses seseorang harus memiliki citra diri yang baik. Citra diri yang baik tidak turun dari langit, tetapi secara sadar harus dibangun. Bagaimana membangun citra diri baik? Lakukan sesuatu yang berguna bagi orang lain tanpa mengharapkan sesuatu bayaran atau imbalan.

Dr. Carl Jung, seorang psikiater dari Swiss mengatakan: “Kurang lebih sepertiga pasien saya tidak menderita penyakit syaraf secara klinis, tetapi penyakit syaraf yang disebabkan oleh hidup yang hampa dan tiada guna.”

Banyak hal dalam kehidupan sehari-hari yang sebenarnya bisa dilakukan agar hidup menjadi lebih berguna, yaitu dengan berbuat baik terhadap orang lain. Anda bisa mengunjungi orang sakit dirumah sakit, memberikan kue terhadap orang cacat, menjaga bayi ibu muda yang sedang keluar, pokoknya apa saja yang bisa anda lakukan untuk orang lain dan orang tersebut tidak bisa membalas anda, serta anda tidak dibayar dalam melakukannya. Itu akan memberikan anda sebuah nilai hidup dan citra diri yang kuat sekali.

Ada sebuah cerita tentang seorang yang stress berat karena mengalami kegagalan. Perusahaannya bangkrut, terjerumus penggunaan narkoba, keluarganya berantakan, dan akhirnya ia mengambil keputusan untuk bunuh diri. Ia berjalan menuju sebuah jembatan yang berada di atas sebuah sungai berarus deras. Tempat itu sangat tepat untuk bunuh diri. Ketika ia sedang menghadap sungai dan bersiap-siap melompat, tiba-tiba ada seorang pengemis melintas dan melihatnya berdiri dalam kegelapan.

“Tolong, Pak. Beri saya limaratus rupiah untuk membeli makanan,” kata si pengemis.

Orang tersebut tersenyum dalam kegelapan. Baginya limaratus rupiah sungguh jumlah yang tidak berarti, tapi jumlah itu sangat berarti bagi si pengemis yang kelaparan tadi.

Orang yang mau bunuh diri itu berkata,”Saya punya lebih dari itu.” Sambil mengambil dompetnya. “Ini ambillah semuanya yang ada dalam dompet ini, ada duaratus limapuluh ribu,” kata pria yang mau bunuh diri itu sambil memberikan dompetnya pada pengemis itu.

Pengemis itu kebingungan,”Loh, Pak. Mengapa semua?”

“Tidak apa-apa, saya tidak membutuhkan uang itu ditempat yang saya akan tuju,” demikian kata pria itu sambil menunjuk ke bawah ke arah sungai.

Pengemis itu mengambil dompet si pria lalu berdiri memegangnya, tetapi ragu-ragu sejenak. Kemudian pengemis itu berkata,”Tidak pak! Saya memang tidak punya uang, tetapi saya bukan seorang pengecut dan saya juga tidak akan mengambil uang dari seorang pengecut, bawalah uang ini ke dalam sungai.” Pengemis itu mengembalikan dompet si pria. Meskipun pria itu mendesaknya untuk memberikan semua uangnya, tetapi tetap saja pengemis itu tidak mau, malah pengemis itu pergi meninggalkan si pria.
Pria yang ingin bunuh diri itu mengambil nafas dalam-dalam, tetapi tiba-tiba pria itu begitu menginginkan pengemis itu mengambil lagi uang yang hendak dikembalikannya. Ia ingin merasa berguna dengan cara menolong pengemis yang kelapara tadi. Ia ingin memberi tetapi tidak bisa.

Satu pikiran terlintas dalam benaknya. “Saya tidak pernah mencoba hal ini sebelumnya, mengapa saya tidak pernah melakukan ini, memberi dan menjadi bahagia?”
Tiba-tiba si pria yang hendak bunuh diri itu tersenyum ceria. Ia tidak jadi bunuh diri. Ia ingin hidupnya berguna buat orang lain. Memberi dan bahagia. Ia memandang sungai itu untuk yang terakhir kalinya, lalu kembali ke rumahnya dengan konsep hidup yang baru. “Mengapa tidak mencoba memberi dan bahagia?”

Memberi dan bahagia, dengan prinsip ini maka orang akan berada dalam jalur sukses.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar